Rabu, 22 Januari 2014

Jalan Pintas


Seorang pemuda yang ditinggal mati kedua orang tuanya memperoleh warisan berupa beberapa ekor ayam jantan dan betina. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, tanpa berpikir panjang ia menjual ayamnya satu persatu tiap harinya. setelah beberapa minggu ayamnya habis terjual untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. pada hari-hari berikutnya ia bingung tak tahu apa yang harus dilakukan hingga kehidupannya menjadi terlunta-lunta.Apa hikmah kisah ini? Seandainya pemuda tersebut berpikir panjang, mungkin kehidupannya akan lebih baik. Ia bisa memelihara ayamnya agar supaya bisa bertelur dan telurnya itu yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Menjual ayam berarti memutus rantai produksi. Sadarkah kita sebagian besar dari kita menjual ayam dan merusak masa depan sendiri? Marketer yang menipu pelanggannya, memutus pintu rejeki. Setelah itu pelanggannya tidak akan merekomendasikan apapun untuk marketer tersebut. Orang tua yang memaksa anaknya untuk mengikuti pilihan mereka, mungkin mematikan imajinasi dan kreativitas anak untuk mendapatkan masa depan yang lebih baik. Politisi yang korup, mengkhianati kepercayaan masyarakat, tidak hanya mematikan karirnya tapi juga bisa berakhir di penjara. Pejabat atau pegawai yang tidak amanah atau bersantai-santai, karirnya berhenti karena tidak dapat promosi. Pelajar yang mencontek, sekalipun lulus tidak punya kepandaian. Intinya, jangan karena kepentingan sesaat kita menghancurkan kepentingan jangka panjang. Jika ingin mengambil manfaat, pastikan Anda memperoleh telurnya jangan menjual ayamnya. Jika telur yang dijual maka akan ada telur baru. Jika ayam yang dijual, maka tidak akan ada ayam lagi. Terutama jika itu ayam satu-satunya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar